Libur mengaji, bukan berarti tak ada kegiatan yang bermanfaat bagi para santri. Sebagaimana Pondok Pesantren pada umumnya, Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin mempunyai jadwal libur mengaji pada hari Jum’at, mulai dari malam hari sampai sore keesokan harinya. Namun meski jadwal mengaji diliburkan, dari pihak pengurus tidak membiarkan waktu terbuang begitu saja. Para pengurus pondok pesantren mengganti kegiatan mengaji yang libur dengan kegitan yang lain, seperti kegitan rutin pada malam Jum’at yaitu pembacaan Maulid al barzanji dan bersholawat serta pelaksanaan khitobah setiap selapanan atau setiap 35 hari sekali yang jatuh setiap malam Jum’at kliwon yakni malam Jum’at pertama setelah Ahad kliwon.
Khitobah sendiri berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk mashdar dari kata خطب – يخطب – خطبةyang mempunyai makna berbicara didepan umum atau disebut juga dengan istilah berpidato. “Istilah khitobah sudah dikenal para santri sejak sekitar tahun 2000-an namun sempat mengalami kepasifan, yang kemudian mulai aktif kembali sekitar th 2010 sampai saat ini”, ungkap salah satu pengurus pondok pesantren, yang enggan disebutkan namanya.
Sesuai dengan arti kata khitobah, kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih mental para santri agar berani berbicara didepan umum, mengasah bakat, dan ajang mengekspresikan kreasi dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing santri, karena yang bertugas dalam berlangsungnya acara tersebut bukan hanya dari kalangan pengurus saja, namun semua santri yang terjadwal bertugas, mulai dari penataan tempat, perlengkapan properti, pengisi acara dan penanggung jawab terlaksananya acara tersebut semunya berasal dari kalangan santri dan sebagian pengurus.
Dilihat dari perkembangannya, khitobah saat ini dan dulu memiliki sedikit perbedaan, jika dahulu kegiatan khitobah dilaksanakan setiap dua minggu sekali dan masih menitik-beratkan pada acara inti dan sedikit hiburan, khitobah untuk saat ini dibuat sedikit berbeda, yakni dilaksanakan setiap lima minggu sekali dan dalam penyajiannya antara acara inti dan hiburan dibuat seimbang. Hal ini dikarenakan, selain untuk menambah wawasan, khitobah juga sebagai sarana kreasi bakat santri dan hiburan pelepas penatsetelah beraktivitas selama satu minggu penuh.
Dalam penyajiannya, khitobah saat ini dibuat lebih menarik, ada yang menampilkan acara inti dan hiburan diselipkan didalamnya, ada juga yang menampilkan hiburan terlebih dahulu baru acara inti dan ada juga yang menampilkan hiburan setelah acara inti selesai, karena dari pihak pengurus tidak mewajibkan konsep yang sama, akan tetapi membebaskan bagaimana santri yang terjadwal mengkreasikan ide-idenya.
Acara inti biasanya diisi dengan pembacaan sholawat, pembacaan ayat suci Al Qur’an, sambutan-sambutan dan mauidzoh hasanah, sedang acarahiburan biasanya diisi dengan penampilan praktikum hadits, parade puisi, ada juga yang menampilkan tayangan yang biasa ditayangkan di televisi, seperti iklan, talk show dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak runtutan acara yang disajikan, praktikum hadis menjadi acara yang sangat dinanti-nantikan para santri dan menjadi agenda wajib yang harus ditampilkan selain acara inti.
Praktikum hadis itu sendiri ialah penampilan drama yang mengambil tema dari hadits nabi, karena itu adegan yang ditampilkan harus adegan yang mendidik dan harus berkostum yang sopan dan menutup aurat khususnya untuk santri putri. Hal ini menjadikan para santri tergugah daya kreatifitasnya, karena meskipun mengenakan jilhab santri putri masih bisa berperan sebagai laki-laki gagah dan tampan, atau juga super hero dan tokoh-tokoh lainnya yang tak terduga.
Dengan terselenggaranya acara khitobah, menyimpan harapan agar para santri sudah mempunyai sedikit bekal mental ketika nanti hidup di lingkungan masyarakat, bagaimana nanti ketika menjadi orang yang berada didepan, bagaimana ketika akan mengadakan suatu kegiatan, bagaimana cara bersosial dengan yang lain, karena apa yang dijalani saat ini adalah gambaran kehidupan dimasa mendatang. (Layil)