“moral sudah tak bernilai, ahlak semakin di abaikan. Ibu pertiwi pun meneteskan air mata saat melihat peradaban remaja indonesia saat ini. Kualitas pendidikan telah keluar dari garis lurus harapan bangsa”
Itulah problematika bangsa kita, dalam urusan pendidikan pemerintah tidak becus menanganinya setiap system pendidikan tak lain menjiplak negara negara lain, khususnya bagian formal, sehingga tidak ada ciri khas tersendiri yang ada hanyalah meniru dan tidak ada upaya yang elegan bagi bangsa ini
Masih terkenang kurikulum 2013 rencana besar mentri pendidikan M.Nuh itu menjadi amburadul setelah dirinya di gantikan, pemimpin baru tak mengatur secara detail sistem kurikulum 2013
Selain itu kurang siapnya sekolah sekolah untuk menerima peraturan dan ketentuan yang rumit serta berbelit belit membuat guru guru dan murid merasa repot.Walaupun banyak nilai positif seperti penilaian ahlak, metode pembelajaran presentasi dan masih banyak yang lainnya. wal hasil tidak sesuai harapan malah menjadi beban tidak sesuai harapan dan kini keberadaannya menjadi terbengkelai
Tak hanya itu, Kisah lima hari sekolah juga melengkapi keteledoran pemerintah dalam menangani pendidikan, para siswa dinilai terlalu jernih karena harus berada di lingkungan sekolah sejak pagi hingga sore hari, imbasnya, materi pembelajran di berikan dengan tenaga pendidik tidak mampu terserap dengan baik. Tak heran, jika ahirnya tidak sedikit sekolah yang tetap menerapkan pembelajaran enam hari sekolah.
Ini menjadi momok sekalugus PR besar bangsa indonesia agar memperbaiki sistem pendidikannya.anak bangsa seakan kehilangan pijakan pasti untuk melangkah demi masa depan lebih baik baik, dinamika serta kepentingan para elit juga sering mengabaikan kepentingan masyarakat yang lebih besar
jika ini nterus di biarkan bagaimana nusantara di masa mendatang? seakan kader kader bangsa ini masih santai menghabisi masa mudanya dengan foya foya. Akankah bumi pertiwi ini kembali pada porosnya yang sekian lama telah menjauh. Entahlah…semua itu tergantung dengan kaum muda dan para elit, maukah mencari pijakan yang tepat atau hnya terdiam hingga esok lalu membiarkan dirinya terhanyut dalam perubahan zaman
saatnya bangsa bangkit, tak kan selamanya negeri ini berada di level paling dasar karena roda kehidupan selalu berputar , yang di atas bisa kebawah begitupun sebaliknya. Salah satu jalan alternatif ialah pendidikan berbasis pesantren yang telah di lupakan dan di terlantarkan terlebih dengan keberadaan pendidikan formal yang lambat tahun menghapus keberadaan pesantren di mata masyarakat dengan janji janji manis fasilitas dengan etoe kerja yang menggiurkan. Serta memberikan pemahaman kepada mereka , jika anak tidak masuk pendidikan formal maka tidak terjamin pula kerjanya
Itulah rangakaian kata penjamu sebagian masyarakat untuk mengahruskan sekolah bagi buah hatinya. Bagaimana ahlak dan moral bangsa , jika hanya mengutamakan pekerjaan ? sedangakan etika dan tatakrama dilupakan. Sudahlah marilah kita kembali kepada warisan pendidikan para ulama . Jika kita menealaah kembali pada saat penjajahan dahulu, siapa yang berperan melawan penjajah ? yah… para santri ini justru mempunyai peran besar dan penting dalam peradaban kemerdekaan. Sehingga tak heran jika bapak presiden jokowidodo menetapkan hari santri nasional pada tanggal 22 oktober lalu sebagai penghargaan besar para santri yang ikut mempertahankan tanah air
Memang sudah tak diragukan lagi, pendidikan yang saat ini telah berdiri sejak dahulu dan sangat relevan untuk mengatasi problematika bangsa ini.
Karena di dalamnya terdapat nilai moral dan ahlak yang unggul, seperti menghormati guru , orang tua dan masih banyak nilai nilai positif lainnya.
Diakui tidak, saat ini banyak lembaga pendidikan yang katanya menggunakan metode terbarukan, dimana para anak didik diasramakan dan mendapat pengawasab ketat 24 jam.
Padahal jika mau menelaah lebih dalam, model pendidikan ini adalah model pendidikan yang sudah diterapkan di pesantren sejak ratusan tahun silam.
Hasil pendidikan pesantren sudah banyak yang berkiprah untuk negeri, mereka menjadi orang yang dicari masyarakat ketika sudah kembali dan terjun di masyarakat
Harus di akui, negeri ini sangat membutuhkan peran pesantren mengingat problematika bngsa yang semakin rumit. Santri dituntut memberi jalan keluar dalam menghadapi masalah ini.
Kualitas santri akan terus terjaga , hal itu ditimbulkan oleh guru guru dalam mengajarkan ilmunya kepada santri dengan lapang hati , ihlas serta untuk menggapai satu tujuan yang mulia
Sudah saatnya bangsa ini membenahi ahlak dan moral generasi muda ,menjauhi perubahan zaman dengan berada di lingkungan orang orang sholeh. Sebagai jawaban, pesantren juga memiliki pendidikan formal yang tak kalah dengan pendidikan umum.
Pendidiksn pesantren ini ibarat badan dan pakaian , pendidikan formal sebagai pakaian dan pesantren sebagai jasadnya dimana keduanya saling melengkapi. Pakaian tanpa jasad tak ada gunanya, karena hanya memperlihatkan kemolekan bagian luar sedangkan di dalamnya kosong, begitupun sebaliknya jasad tanpa pakaian bukanlah apa apa
penulis (khan tangho jurnalis)