Semua orang pasti mengetahui bahwa mencari ilmu atau belajar itu sangat penting. Tetapi ada juga sebagian orang yang lebih memilih bekerja atau malah menikah, hal itu disebabkan karena kurangnya kesadaran mereka akan pentingnya mencari ilmu atau juga disebabkan oleh kurangnya biaya untuk bersekolah yang terlalu mahal.
Maka sudah sepantasnya kita selalu bersyukur diberi kesempatan untuk belajar. Terlebih bagi umat muslim mencari ilmu itu suatu kewajiban karena hal tersebut telah diterangkan dalam hadist nabi yang sangat masyhur,yaitu
طلب العلم فريضة على كل مسلم
“Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim”.
Dalam peribahasa juga telah di tegaskan “Carilah ilmu dari dalam buaian sampai liang lahat”. Maka sudah sangat jelas bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib.
Belajar bukan hanya dilakukan dengan duduk di bangku sekolah saja ada kalanya dengan membaca atau bermain kita dapat memperoleh ilmu. Media belajar juga bukan hanya sebuah buku/kitab, komputer, handphone, atau alat-alat lainnya. Belajar dari suatu pengalaman juga penting.
Hal tersebut pernah disampaikan oleh K.H. Chamzah Hasan (biasa dipanggil Abah oleh santrinya) dalam sebuah musyawaroh pengurus putra PP.Tanbihul Ghofilin. Beliau menceritakan bahwa saat mondok ia mendapatkan sebuah pelajaran yang diperoleh dari sikap kyainya yaitu K.H. Maimoen Zubair (biasa dipanggil Mbah Mun).
Dulu beliau pernah menjadi sopir pribadi Mbah Mun dan juga ditugaskan untuk mengecek masjid-masjid di Rembang dan sekitarnya jikalau ada kekurangan. Suatu hari Mbah Maimun memerintah Abah untuk merenovasi sebuah masjid dengan menambahkan kamar mandi dan menara. Mbah Mun berkata pada penjaga masjid “Besok akan saya beri semen dan saya carikan tukang”, kemudian saat akan pulang Mbah Mun berkata lagi “saya besok akan sholat jumat disini”.
Secara otomatis maka penjaga masjid bermaksud untuk mempercepat renovasi agar jumat depan sudah selesai, padahal Mbah Mun tidak akan datang, beliau hanya bermaksud untuk berbohong. Dari situlah kemudian Abah mengambil pelajaran bahwa berbohong untuk kebaikan itu diperbolehkan. Mbah Mun misalnya beliau berbohong dengan maksud agar renovasi masjid cepat selesai alias tidak ngentewere supaya bisa digunakan kembali.
Cerita lainnya juga datang dari sikap Mbah Mun. Dulu ketika Mbah Mun berpergian jauh, Abah ditugaskan untuk menjaga ndalemnya. Suatu hari ada seorang tamu yang mengunjungi ndalemnya Mbah Mun yaitu Habub Abdurrohman Asegaf yang berasal dari Jakarta, ia tidak bisa bicara selain dengan bahasa arab. Hal itu membuat Abah kesusahan dalam menanggapinya. Akhirnya Habib hanya menitipkan salam untuk Mbah Mun.
Sepulangnya Mbah Mun berpergian, Abah menceritakan perihal kedatangan Habib Abdurrohman Asegaf dan menyampaikan salamnya. Mbah Mun teringat bahwa Habib Abdurrohman Asegaf tidak bisa bicara selain bahasa arab, tetapi mengapa Abah mengetahui bahwa Habib tersebut menitipkan salam? Kemudian Mbah Mun memerintah Abah untuk menirukan salamnya Habib, tetapi Abah tidak bisa, berulang-ulang dicobanya tetap tidak bisa.
Dari situlah Abah memiliki keinginan untuk belajar bahasa arab yang akhirnya beliau sekarang sudah sangat mahir dalam berbahasa arab. Dari cerita-cerita diatas dapat disimpulkan bahwa belajar juga bisa didapat dari sebuah pengalaman.
Dalam proses belajar sudah pastinya dibumbui dengan berbagai macam rintangan yang mana rintangan tersebut harus kita hadapi. Jika ada seseoarang yang tidak dapat melewatinya maka alamat dirinya tidak akan mendapatkan ilmu.
Rintangan yang menimpa seorang pencari ilmu biasanya sulit memahami pelajaran yang didapat, terlalu banyak tugas atau bisa jadi ketidak nyamanan kita dengan sifat teman yang yang berbeda-beda. Lalu bagaimana kalau kita mendapat hinaan dari orang lain? Karena hakikatnya orang yang bodoh itu hina.
Dari cobaan-cobaan tersebut melatih kita untuk bersikap dewasa, bagaimana caranya menyelesaikan sebuah masalah, bagaimana caranya menghadapi orang yang tidak suka pada kita. Karena setiap cobaan pasti mengandung hikmah. Jika kita sudah biasa menyelesaikan masalah-masalah kecil saat belajar, maka ketika di kehidupan nyata nanti kita sudah terbiasa tidak terlalu kesulitan untuk menghadapi problem-problem dimasyarakat.
Dalam menghadapi cobaan kita dapat mencontoh sikap Abah sewaktu dipondok. Dulu Abah pernah diperintah Mbah Mun untuk memperbaiki mobilnya karena besok pagi akan di pakai. Akhirnya malam hari beliau memperbaiki mobil dan selesai pada jam 10.00 WIB. Tubuhnya sampai berlumuran oli dan pada saat itu ada seorang santri (masih termasuk keturunan kyai) menghina abah, karena ia tahu bahwa abah itu seorang gus kemudian ia mengatakan ”Gus kok kamu tidak bisa jaga diri”. Maksud dari kata-kata tersebut ialah Abah adalah seorang Gus, tetapi tidak bisa menjaga kewibawaannya menjadi seorang Gus karena saat itu dirinya berlumuran dengan oli. Kata-kata tersebut tertancap dihati Abah sampai sekarang. Tetapi beliau tidak marah, dalam benaknya mengatakan bahwa saat ini dirinya tidak menganggap sebagai Gus, melainkan merupakan seorang santri yang sedang berhidmat pada kyainya.
Ada juga kisah Abah yang lain. Dulu sewaktu mondok Abah bertugas menimba air untuk mengisi lima kulah milik para kyai dan gus sampai penuh. Karena dulu belum ada air, air yg ditimba ditempat yang jauh dengan menaiki mobil yang sangat jadul. Pekerjaan itu dilakukan sekitar jam 10.00 malam sampai selesai. Dimana para santri yang lain sedang menikmati waktu tidurnya. Suatu malam yang berhawa dingin seperti biasa Abah melakukan pekerjaan rutinnya bersama teman-temannya, ditengah sedang mengisi kulah tiba-tiba ada gus yang datang sambil marah-marah ”alon-alon kang, mbrisiki nganggu wong turu!”(pelan-pelan kang, mengganggu orang yang sedang tidur), spontan hal itu membuat Abah kaget ia dimarahi saat keadaannya sangat capek dingin pula. Tetapi hal itu tidak membuat Abah berkecil hati beliau tetap sabar, dianggapnya itu sebagai bentuk khidmat pada kyai. Beliau percaya bahwa kejadian ini pasti ada hikmahnya yang dapat diambil dan berguna dimasa depan nanti.
Jadi sebagai seorang pencari ilmu dalam belajar kita dapat mencontoh sikap K.H.Chamzah Hasan yang sabar dan khidmat pada kyai. Insya Allah kelak kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat. Aamiin
(Auli Muhafidoh)