Kata haul berasal dari bahasa Arab (الحول) yang berarti setahun. Haul merupakan tradisi tahunan untuk memperingati hari kematian seseorang, dengan tujuan mendoakan ahli kubur agar amal ibadahnya diterima serta mengenang keteladanan dari tokoh yang sudah wafat tersebut.
Peringatan 17 tahun wafat KH. Muhammad Hasan
Bersama saudaranya KH. Basyuni, KH. Muhammad Hasan merintis berdirinya pondok pesantren Tanbihul Ghofilin. Namun sayang, ditengah perjuangannya KH. Basyuni dipanggil Sang Kholiq. Akibatnya, KH. Muhammad Hasan harus melanjutkan usaha mereka sendirian. Beliau terus membangun gedung-gedung sebagai asrama untuk santri yang hendak menimba ilmu. Pada tanggal 25 Desember 2007, KH. Muhammad Hasan menghembuskan nafas terakhirnya. Hingga saat ini, jasa-jasa Mbah Hasan selalu dikenang.
Simakkan Al-Qur’an
Bacaan Al-Qur’an dan doa-doa selalu dipersembahkan untuk Al-Maghfurlah. Dua hari sebelum acara haul, para santri berbondong-bondong memenuhi area makam. Pada hari pertama (11 Dzulhijjah 1445 H), semua santri melaksanakan muqoddaman, yaitu membaca Al-Qur’an bersama-sama dalam satu waktu dengan metode di mana setiap orang mendapatkan bagiannya masing-masing. Metode ini bertujuan untuk menyelesaikan khataman Al-Qur’an secara kolektif dari setiap kompleks pesantren.
Hari berikutnya (12 Dzulhijjah 1445 H), giliran para hafidzah pesantren menunjukkan kemampuan hafalannya. santri putri . Satu hari setelahnya, yaitu pada siang hari sebelum acara puncak, acara simakan Al-Qur’an kembali digelar dengan mengundang Pak Wahyuddin. Acara ini tidak hanya diikuti oleh para santri, tetapi juga oleh masyarakat umum yang berkenan.
Air minum juga didoakan, terlihat kardus-kardus berisi air milik santri dan ndalem berjejer di bagian depan.
Bahtsul Masail Diskusi dan Pemecahan Masalah
Seperti tahun-tahun sebelumnya, bahtsul masail ikut menjadi serangkaian agenda Haul Almaghfurlah KH. Muhammad Hasan. Dengan peserta santri putra, mulai dari kelas Tsanawi, Aliyah, pengurus, hingga alumni perkorcab (kordinator cabang) mereka mendisukusikan masalah yang kerap terjadi di Masyarakat.
Untuk bahtsul masail kali ini, para peserta mampu memecahkan 4 permasalahan (Ashillah) yang kemudian disahkan (ditashih) oleh KH. Hakim Annaisaburi, Lc selaku pentashih.
Acara Puncak Dalam Kebersamaan dan Doa
Sambil menunggu jamaah yang belum hadir, pembacaan maulid simtudurror dilakukan selepas maghrib. Acara dibuka dengan pembacaan Al-Fatihah dan lantunan merdu ayat suci Al-Qur’an oleh Ust. Muridun. Dilanjutkan dengan pembacaan Yasin dan tahlil yang dipimpin oleh KH. Hakim Annaisaburi, Lc. Setelah itu, KH. Muhammad Chamzah Hasan, S.Pd.I memberikan sambutan selaku shohibul bait. Mauidloh hasanah disampaikan oleh Romo Kyai Haji Abu Manshur Muslih dari Pondok Pesantren Tanggir, Tuban, Jawa Timur.
Para Jamaah, baik dari alumni, wali santri, ataupun Masyarakat sekitar turut ngalap barokah dari KH. Muhammad Hasan. Mereka terlihat memenuhi area makam pondok pesantren, hingga meluber sampai depan masjid jami’ Tanbihul Ghofilin.
Seluruh rangkaian acara haul ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk KH. Muhammad Hasan, tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi dan kebersamaan di antara para santri dan masyarakat. Suasana haul yang khidmat dan penuh makna ini menjadi momen yang selalu dinantikan setiap tahunnya.
“Walaupun sudah wafat, namun orang sholeh masih bisa memberikan kepada orang yang masih hidup.”***