SEBUAH PISAU YANG TAJAM

gus ulil albab
ndalem gus ulil albab


Media sosial merupakan suatu sarana umum yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang banyak. Di negara Indonesia 95% penduduknya pasti memiliki media sosial, entah golongan muda, golongan tua, bahkan anak-anak sekalipun semua bisa menggunakan.

Tidak terkecuali di lingkungan pondok pesantren, walaupun para santri yang tinggal di pondok pesantren tidak bisa memakai dan mengakses media sosial tetapi kenyataannya kebanyakan dari mereka pasti memiliki media sosial.
Media sosial memang banyak memberikan manfaat, diantaranya kita bisa tetap saling berkomunikasi dengan keluarga atau sahabat yang jauh tanpa harus bertatap muka, tidak hanya itu fungsi utama dari media sosial itu sendiri adalah untuk mengetahui berita-berita penting yang sedang hangat terjadi, serta informasi yang lain. Namun dibalik sesuatu yang terlihat positif ada juga unsur negatif yang terkandung di dalamnya.

Hoax adalah salah satunya, merupakan sebuah berita yang dibuat-buat oleh seseorang dengan memutar balikkan fakta, bertujuan untuk meresahkan dan merusak hubungan sosial di dalam masyarakat.

Hoax dapat dengan cepat dapat menyebar bagaikan air bah yang mengalir ke tempat rendah. Kurangnya pemahaman seseorang dalam menanggapi hoax, juga penerimaan berita secara mentah tanpa dicerna dan di klarifikasi terlebih dahulu menjadi penyebab utama menyebarnya hoax dalam media sosial. Tentu hal tersebut bisa merugikan banyak orang, dapat menimbulkan fitnah, dan yang paling parah adalah terjadinya kesalah pahaman antara rakyat dengan pemerintah.
K.H. Mabrur, sewaktu kami wawancara berkata “

Media sosial itu ibarat pisau yang tajam, apabila digunakan dengan benar akan dapat bermanfaat, namun jika dipegang tangan yang salah maka akan sangat merugikan”.

Dalam pesan beliau juga mengandung nasehat bahwa seorang santri, terutama yang masih dibawah umur untuk jangan mencampuri berita-berita yang ada di media sosial, jangan terlalu sering mengakses media sosial, batasilah pemakaiannya jangan berlebihan apalagi sampai merugikan. Gunakanlah media sosial untuk sesuatu yang bermanfaat dan bernilai positif.

Masalah hoax memang sedang marak terjadi. Maka dari itu sebagai santri sebaiknya ketika menerima informasi harus ber-tabayyun (klarifikasi) terlebih dahulu, harus dapat mengklarifikasi berita yang nyata atau sebaliknya, pahamilah sebelum menanggapi, jika perlu carilah sumbernya, dan telusurilah kebenarannya.

Menurut Ags. Ulil Albab “jika kalian (santri) menemui berita hoax sebaiknya tidak usah ditanggapi, karena semakin banyak orang yang menanggapi maka akan semakin naik privasi orang yang membuat hoax tersebut. Langkah tepat yang harus dilakukan, buatlah berita sendiri, screen shot, beritahukan bahwa berita tersebut hoax.

Tetapi yang lebih utama dibiarkan saja tidak usah ditanggapi, ibarat menyimpan bangkai sesulit apapun pasti akan tercium baunya, juga yang namanya hoax pasti terungkap dan jika sudah terungkap maka pihak media sosial akan memblokirnya”.
Kejahatan memang dapat diatasi, tetapi bagaimana dengan orang yang sudah menjadi korban hoax? Pastinya mereka akan terpengaruhi dan akhirnya terjerumus ke jalan yang salah.

Amar ma’ruf nahi munkar menjadi pegangan seorang muslim, yaitu mengingatkan muslim lain yang salah. Satu diantara solusinya yakni memberi pengarahan kepada orang terdekat misalnya keluarga, teman, sahabat, dan lainnya, bisa mengurangi angka korban dari hoax. Jangan berputus asa karena setiap usaha yang kita lakukan pasti akan dapat bermanfaat di kemudian hari.

“Bijaklah dalam bermedsos, cerdaslah dalam memilih berita, ber-tabayyunlah (klarifikasi), bekalilah dengan ilmu agama. Ingat, gunakanlah pisaumu untuk sesuatu yang bermanfaat, jangan sampai melukai dirimu apalagi sampai melukai orang lain”. Tegas beliau sebagai bekal bermedsos yang baik. (ADFAN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post
kitab kuning

MENGUAK MISTERI

Next Post

BUKAN TENTANG USIA

Related Posts